JAKARTA, KOMPAS.com – Nilai tukar rupiah berpeluang melanjutkan penguatan pada awal pekan ini, Senin (20/10/2014). Euforia pelantikan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai Presiden-Wakil Presiden RI diharapkan dapat menahan tren penguatan indeks dollar AS.
Dollar index naik setelah data sektor perumahan AS membaik. Imbal hasil US Treasury 10 tahun juga naik 3,4 bps walaupun masih bertahan di kisaran 2,1 persen. Imbal hasil obligasi Jerman yang turun akan menjaga imbal hasil obligasi AS tetap di level rendah.
Secara umum menurut riset Samuel Sekuritas Indonesia, sentimen penguatan dollar AS telah kembali tetapi rencana penyuntikan likuiditas oleh Bank Sentral China (PBOC) justru bisa memicu sentimen pelemahan dollar AS di pasar Asia di perdagangan hari ini. Sore ini ditunggu data neraca transaksi berjalan Zona Euro.
Mayoritas mata uang di Asia menguat hingga Jumat (17/10/2014) sore. Rupiah memimpin penguatan terhadap dollar AS untuk beranjak hingga Rp 12.110 per dollar AS. Pada saat yang bersamaan SUN dan IHSG juga menguat drastis. Ketika faktor global memicu penguatan rupiah, faktor domestik yaitu situasi politik yang membaik, mampu mendorong penguatan yang tajam.
“Hari ini pasar Asia berpeluang terdorong untuk menguat oleh euforia injeksi likuiditas oleh PBOC. Sementara untuk rupiah, euforia inagurasi Presiden Joko Widodo diperkirakan menjadi alasan tambahan untuk kembali menguat,” sebutnya.