KOMPAS.com – Melemahnya pasar properti China dinilai menimbulkan bahaya baru bagi pemerintah daerah setempat. Hal tersebut semakin mengancam stabilitas keuangan dan memperkeruh perlambatan ekonomi daerah.
Tercatat pada Maret lalu penjualan tanah di 20 kota besar di China turun 5 persen. Berdasarkan data China Real Estate Information Corp yang dikumpulkan oleh Bloomberg, penurunan tersebut lebih tajam dari tahun sebelumnya, dan dianggap penurunan terbesar setidaknya dalam satu tahun terakhir.
Beberapa kota di China saat ini memang berencana membalikkan strategi untuk membuat harga rumah lebih terjangkau. Pasalnya, menurut data SouFun Holdings Ltd, pemilik situs realestate terbesar di negara itu, nilai penjualan tanah di kota-kota ketiga pun turun hingga 27 persen pada April lalu.
“Sepertinya pasar perumahan cooling off. Ini akan menambah tekanan pada kapasitas pendanaan bagi pemerintah daerah,” kata Zhu Haibin, ahli ekonomi di JPMorgan Chase & Co di Hong Kong.
Zhu mengatakan, penjualan tanah akan turun lebih tajam di daerah-daerah yang kelebihan pasokan properti. Sebelumnya, Pemerintah China telah merencanakan penurunan 11,8 persen pendapatan penjualan tanah pada 2014 ini. Berdasarkan laporan kerja tahunan Departemen Keuangan pada Maret lalu, secara nasional penjualan tanah pada 2013 lalu setara dengan sekitar 61 persen dari pendapatan daerah.