Bocor, Rencana Tiongkok Hadapi Kemungkinan Runtuhnya Rezim Korut

TOKYO, KOMPAS.com — Kurangnya kepercayaan Beijing terhadap kekuasaan Kim Jong Un terlihat dalam rencana darurat untuk menahan sejumlah pemimpin utama Korea Utara, mendirikan kamp-kamp pengungsi di perbatasan, dan merespons “kekuatan asing”.

Tiongkok telah menyusun sejumlah rencana darurat rinci untuk menghadapi kemungkinan runtuhnya Pemerintah Korea Utara. Hal itu menunjukkan bahwa Beijing hanya memiliki sedikit kepercayaan bahwa rezim Kim Jong Un akan berumur panjang.

Sejumlah dokumen yang dibuat para perencana dari Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok, yang kemudian bocor ke media Jepang, mencakup sejumlah usulan penahanan para pemimpin kunci Korea Utara dan pembangunan kamp-kamp pengungsi di sisi perbatasan Tiongkok jika terjadi kerusuhan sipil di negara tertutup itu.

Laporan itu menyerukan peningkatan pemantauan perbatasan sepanjang 879 mil (1.414,6 km) antara Tiongkok dan Korea Utara.

Menurut dokumen itu, semua pemimpin militer atau politik senior Korea Utara yang bisa menjadi target dari faksi yang bertikai atau “kekuatan militer lain,” yang dianggap sebagai rujukan ke Amerika Serikat, harus diberikan perlindungan.

Menurut Kyodo News, dalam laporan Tiongkok itu, para pemimpin penting Korea Utara harus ditahan di kamp-kamp khusus sehingga mereka dapat dipantau. Namun, mereka juga harus dicegah untuk mengarahkan operasi militer lanjutan atau ambil bagian dalam tindakan yang dapat merusak kepentingan nasional Tiongkok.

Laporan tersebut menyatakan, “kekuatan-kekuatan asing” dapat terlibat dalam sebuah insiden yang menyebabkan runtuhnya kontrol internal di Korea Utara, yang mengakibatkan jutaan pengungsi mencoba untuk melarikan diri. Satu-satunya rute keselamatan yang dimiliki sebagian besar penduduk adalah melintasi perbatasan ke Tiongkok.

Pihak berwenang Tiongkok berniat untuk menanyai para pendatang baru itu, menentukan identitas mereka, dan menolak setiap orang yang dianggap berbahaya atau tidak diinginkan.

“Hal ini hanya menggarisbawahi bahwa semua negara yang punya kepentingan dalam menjaga stabilitas Asia timur laut perlu berbicara satu sama lain,” kata Jun Okumura, seorang dosen tamu di Meiji Institute for Global Affairs, kepada The Telegraph, Senin (5/5/2014).

“Apa yang telah kita tahu dari runtuhnya kediktatoran lain—Uni Soviet dan Moammar Khadafy di Libya—adalah bahwa semakin totaliter sebuah rezim, semakin keras dan cepat mereka jatuh,” tambahnya. “Inilah sebabnya kita perlu rencana darurat dan saya yakin bahwa AS dan Korea Selatan punya rencana besar untuk ini, tetapi bocornya langkah-langkah Tiongkok merupakan hal baru,” katanya.

Terbitnya laporan itu hanya beberapa hari setelah Beijing mengeluarkan peringatan terselubung ke Pyongyang, menjelang uji coba nuklir keempat yang telah diantisipasi, bahwa Tiongkok “tidak mengizinkan perang atau kekacauan terjadi di depan rumah kami.”